10 Teknik Mengelola Kelas Menurut Caroline Linse
Akhirnya setelah sekian lama gak
nulis lagi, kali ini ini saya bisa menyempatkan waktu, ide, dan niat untuk
kumpul bersama. Sebenernya sih Oktober kemarin saya kira akan ada suatu trigger
yang buat saya aktif ngeblog lagi. Eh tapi ternyata tidak sesuai perkiraan.
"sesuatu" tersebut malah bikin saya males nulis sampai saya bilang
"I can't write". Tapi syukurlah, sekarang semuanya sudah balik
seperti semula ko.
Oke,
kali ini saya mau nulis yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu technique for clasroom control by Caroline Linse. sebenernya saya dapet
materi ini dari salah satu mata kuliah yang saya ambil. Mrs. Winti (dosen saya)
memang sangat charming dan selalu
datang ke kelas dengan semua pengetahuan baru bagi saya. Jadi gak heran kalau
setiap mata kuliah beliau, saya selalu semangat perhatiin setiap materinya.
Beberapa minggu yang lalau beliau memberi tentang classroom control. Saya pikir ini
keren banget! Handout ini berasal dari jurnal www.etprofesional.com
. Nah sekarang saya pengen buat intisarinya nih, soalnya berguna banget buat
calon guru dan guru di Indonesia. Check it out!
Saat
menghadapi murid yang usianya masih kecil (misal, SD) pasti kita banyak
menghadapi kendala. Mulai dari siswa yang ribut, susah diatur, suka lari-lari
di kelas, dan lain-lain. Hal ini berbeda sekali dengan menghadapi siswa di SMP
atau SMA. Mereka biasanya sudah mengerti untuk tetap tertib dan memperhatikan
guru. Young learner (kelas rendah)
biasanya masih mempunyai fokus perhatian yang cenderung rendah. Mereka tidak
bisa lama-lama fokus terhadap suatu hal, karena perhatiannya akan mudah
“buyar”. Maka sebagai guru sebaiknya kita mempunyai teknik tersendiri untuk
mengontrol kelas. Caroline Linse mengemukakan ada 10 teknik yang bisa kita
jadikan referensi.
Maksudnya,
sebagai guru kita harus bisa menyiapkan rencana cadangan. Misalnya aktivitas A
yang sudah direncanakan ternyata tidak memungkinkanuntuk dijalankan, nah kita
harus punya plan B atau plan C. Sehingga kita tetap dapat mengontrol kelas
dengan baik.
2. Catch children being good
Guru terlalu
sering fokus dengan perilaku buruk buruk dari muridnya, misal saat anak
berbuat nakal, pasti guru akan cenderung menyalahkannya. Kadang, guru juga harus
bisa memberikan pujian pada anak yang melakukan hal positif. Misalnya, kalau
anak berbuat baik, sebaiknya kita memujinya. Terutama saat anak-anak trouble maker dapat berperilaku baik,
kita harus langsung memujinya agar perilakunya tetap menjadi baik. Ingat loh,
anak suka kalau dipuji! Tapi yang harus diperhatikan juga jangan terlalu sering
memuji, apalagi memuji pada satu orang anak saja. Hal ini akan memberikan cap
“anak emas” dan kita pasti dinilai pilih kasih.
3. Use affirmative commands
3. Use affirmative commands
Sering
denger kan teori jangan bilang jangan pada anak? Nah ini sama aja kayak gitu.
Pemakaian kata positif pada anak memang lebih efektif daripada kata negatif.
Misal, guru yang berkata “don’t talk so loudly!”, pasti anak-anak hanya
mematuhi untuk beberapa menit. Lain halnya jika guru berkata “please use indoor
voice”.konotasi positif akan cenderng dipatuhi oleh anak dibanding konotasi
negatif yang justru membuat mereka merasa kurang nyaman.
4. Break down instructions into steps
4. Break down instructions into steps
Dalam
memberikan intruksi pada anak, sebaiknya harus jelas dan tidak berbelat-belit. Sebagai
guru kita bisa membuat beberapa langakah singkat yang bisa dimengerti anak. Instruksi
yang panjang akan membuat mereka kebingungan. Sebaikanya beri instruksi langkah
demi langkah dengan kalimat yang to the
point. Misalnya sesudah memberik langkah pertama, kita bisa menunggu
terlebih dahulu mereka mengerjakannya, jika semua sudah selesai maka
dilanjutkan ke langkah berikutnya. Hal ini akan membuat mereka mengerti apa
yang harus mereka lakukan dan mengerjakannya dengan baik.
5. Determine clasroom rules with students
Dalam
suatu kelas sebaiknya terdapat peraturan yang jelas. Ini juga dapat membantu
guru untuk mengontrol kelas karena sudah terpasang peraturan yang sebelumnya
sudah disetuji oleh semua siswa. Misalnya peraturan bagi yang ribut atau gaduh
akan diberi tanda L . Peraturan yang ada bisa ditempel di
dinding kelas agar anak tetap ingat. Selain itu, peraturan yang dibuat juga
sebaiknya dalam kalimat positif, misalnya “tertib saat pelajaran” atau “be kind
to others”, dll.
Sebagai
seorang guru kita harus bisa membaca situasi siswa. Sebisa mungkin kita harus
bisa “mengukur” keadaan kelas. Jika dilihat anak-anak sudah bosan pada suatu
kegiatan, kita bisa memberikan kegiatan yang lain. Hal ini berkaitan dengan
poin no.1.
7. Speak in a soft voice
Ketika
suasa kelas mulai ramai, sebaiknya kita tidak berteriak agar mereka diam. Hal ini
hanya akan membuat mereka diam beberapa saat lalu kembali ribut. Mereka pun
akan berpikir, “kalau bu guru berteriak, berarti saya juga boleh berteriak”. Berbicara
dengan volume suara yang sedang atau cenderung rendah akan membuat mereka diam
dan penasaran dengan apa yang sedang kita bicarakan, sehingga mereka akan
mencoba mendengarkan kita dan berhenti ribut.
Terkadang
kita perlu menggunakan alat bantu untuk mengambil perhatian mereka. Misalnya,
lihat di TK, para guru disana sering menggunakan tamborin agar murid mereka
fokus. Kita juga bisa menggunakan alat lain yang mengeluarkan bunyi sebagai
sinyal untuk mereka fokus. Jika kelas sudah mulai ramai dan ribut, kita bisa
mengetuk-ngetuk papan tulis untuk mendapatkan perhatian mereka lagi. Pada anak
ABK tunarungu, bisa digunakan isyarat lampu untuk memfokuskan perhatian. Hal ini
dilakukan dengan cara menyala-matikan lampu kelas sehingga mereka terfokus pada
gurunya.
9. On occasion, be a social engineer
Poin
ini adalah salah satu poin yang menarik. Terkadang sebagai seorang guru kita
harus bisa menjadi insinyur sosial. Kadang ada anak pendiam dan introvert yang
jika berkelompok, tidak ada yang mau sekelompok dengan dia. Sebagai guru, kita
harus bisa membuat dia diterima di kelompok. Caranya dengan mempromosikan
kelebihannya. Misalnya, “ibu ingin kalian berkelompok dengan Mira karena dia
tahu banyak cerita tentang si kancil”. Kalimat promosi tersebut bisa membuat
anak lain menjadi membuka pemikirannya dan mulai tertarik untuk berkelompok
dengan Mira.
Pasti
ada saatnya ketika peraturan yang dibuat akan dilanggar oleh siswa. Boleh saja
kita menghukum mereka, tetapi dengan hukuman yang cocok dan sesuai dengan
kesalahan yang mereka buat. Misalnya saat ada dua orang anak yang berkelahi,
hukuman yang bisa kita berikan yaitu dengan memanggil keduanya, lalu menyuruh
mereka menuliskan 5 hal baik tentang temannya. Si A harus menulis 5 hal baik
tentang si B, dan begitu juga sebaliknya. Hukuman ini akan membuat anak
(walaupun dalam keadaan yang saling membenci) berpikir tentang kebaikan yang
pernah temannya lakukan.
Nah, itu yang bisa saya share untuk kalian. Ingat, teori itu mudah, yang susah itu prakteknya. Semoga teknik dari Caroline Linse ini bisa membantu kita dalam me-manage kelas, dan menjadi guru yang lebih baik lagi. Aamiin..
Paling suka bagian social engineer. :D
ReplyDeletekeren ya. ternyata guru termasuk engineer juga :p
DeleteIni nih yang saya cari. thanks
ReplyDeleteoke. sama-sama :)
Deleteowwh guru? ini buat guru ta?? -_-
ReplyDeletesaya kira buat ketua kelas :(
iya ini buat guru. kan guru harus bisa mengelola kelas dengan baik.
DeleteBagaimana cara menghadapi anak yang suka mencari perhatian guru baru dengan kenakalannya agar guru baru tsb selalu terfokus padanya? Untuk siswa sd
ReplyDeleteBagaimana cara menghadapi anak yang suka mencari perhatian guru baru dengan kenakalannya agar guru baru tsb selalu terfokus padanya? Untuk siswa sd
ReplyDeleteterima kasih utk penulis sdh berbagi ilmunya 😊
ReplyDeleteterima kasih utk penulis sdh berbagi ilmunya 😊
ReplyDeleteterimakasih untuk ilmunya......
ReplyDelete